Monday, January 3, 2011

Menjadikan SDM sebagai partner stratejik


Dalam satu sesi diskusi di dalam pelatihan LPP seorang rekan yang menjabat di bagian pabrikasi di sebuah unit usaha bercerita mengenai beban pekerjaan yang harus diembannya. Di diberi tugas untuk menjaga operasional mesin pabrik secara keseluruhan agar dapat secara kontinyu mengolah bahan baku yang dipanen dari kebun. Ketika mesin terjadi kerusakan, maka dialah orang yang paling bertanggungajawab untuk menjadikan mesin tersebut dapat beroperasi kembali dengan baik. Selain mengendalikan alat dia juga sekaligus harus juga mengendalikan bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan keinginannnya. Tetapi di lapangan dia tidak hanya mengendalikan bawahan terkait dengan aktivitas pekerjaan saja tetapi lebih luas dari itu. Teman saya ini juga mengurusi mulai dari mencari kandidat yang paling pas untuk mengisi kekosongan formasi, melakukan training agar karyawan yang bersangkutan dapat segera bekerja di lingkungan yang baru, kemudian mengusahakan agar setiap saat karyawan yang dipimpinya dapat termotivasi untuk bekerja keras untuk mencapai angkaanga produktivitas yang telah ditetapkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), sampai pembinaan karyawan yang bermasalah. Tugas tambaham tersebut menjadikan pekerjaan dia yang sangat kompleks sehingga seringkali dia kewalahan untuk mengatasi keduanya.

HR Transformation



Judul Buku: HR Transformation

Penulis: Dave Ulrich, Justin Allen, Wayne Brockbank, Jon Younger, dan Mark Nyman

Penerbit: McGraw Hill, 2009

Jumlah Halaman: 231 halaman (xi)

Jika anda menjadi seorang praktisi HR dan mendapati produktivitas perusahaan turun, persaingan dengan perusahaan yang sejenis semakin ketat, perusahaan mengalami kelangkaan bahan baku, apa yang bisa anda perbuat? Kontribusi apa yang bisa anda berikan kepada perusahaan untuk mengatasi hal tersebut?


Konsep HR telah mengalami evolusi yang panjang. Dimulai ketika HR berperan hanya sebagai bagian yang bertugas untuk menciptakan hubungan indutrial yang harmonis dengan mendorong terciptanya kualitas hubungan kerja yang semakin baik dari waktu ke waktu. Kemudian berevolusi menjadi HR spesialist yang memfungsikan diri sebagai bagian yang merekrut, mengelola kompensiasi karyawan, melakukan training, dan pengembangan organisasi. Dan kemudian berkembang lagi berkembang lagi ke arah yang lebih strategik lagi yakni sebagai metra manajemen dalam pencapaian tujuan bisnis. Konsep yang terakhir ini pertama kali muncul dalam buku HR Champions yang ditulis oleh Dave Ulrich pada tahun 1990. Menurut Dave, agar dapat berperan strategik Bagian HR harus memfungsikan empat hal strategik. Pertama adalah sebagai strategic partner. Kedua adalah sebagai administrative expert. Ketiga adalah employee champion, dan keempat adalah sebagai agent of change. Dengan empat peran tersebut maka bagian HR telah berubah menjadi bagian yang sama petingnya dengan bagian lain untuk mewujudkan kesuksesan perusahaan.

Resensi The New Age of Innovation



Judul Buku: The New Age of Innovation

Penulis: C. K. Prahalad dan M. S. Krishnan

Penerbit: McGraw Hill, 2008

Jumlah Halaman: 278 halaman


Buku ini mengajak pembaca untuk melihat kondisi terkini yang terjadi dalam dunia bisnis dari persektif yang berbeda. Pada umumnya dari yang umum bisnis dipahami sebagai alam yang di dalamnya penuh dengan persaingan, tetapi dalam buku ini Pahalad dan Krishnan mencoba memberikan alternatif pandangan dan langkah-langkah untuk memenangi perdagangan bebas (free trade) bukan dengan strategi bersaing tetapi dengan kerjasama atau co-created value. Kondisi dunia yang semakin terkoneksi satu dengan yang lain, arus modal dan informasi yang semakin sulit untuk dikontrol mengharuskan para pebisnis untuk mulai memikirkan ulang dan merubah pola bisnis yang selama ini mereka jalankan. Mereka harus melakukan perubahan mendasar dengan berinovasi tidak hanya pada sebagian dari proses bisnisnya tetapi lebih jauh dari itu mereka harus mentransformasikan seluruh proses bisnisnya ke arah trend bisnis yang yang diramalkan akan segera terjadi yaitu; pertama, para pelaku usaha di dunia akan mengarahkan produk yang mereka hasilkan agar value yang ada pada produk mereka semakin mendekatkan pada kebutuhan unik dari setiap pelanggannya. Langkah yang mereka tempuh adalah dengan memberikan keunikan pada barang yang mereka hasilkan yang akan menghasilkan pengalaman yang berbeda antara satu konsumen dengan kosumen lainnya, dalam istilah nya Kotler disebut sebagai mass customization. Dicontohkan dalam buku ini bahwa Apple dengan iPod-nya merupakan perusahaan yang telah menerapkan konsep ini. Setiap konsumen atau pengguna iPod dapat secara bebas mengunduh lagu sesuai dengan selera mereka dan tidak perlu membeli satu album. Prahalad dan Krishnan menyederhanakan konsep ini dengan simbol N=1, maksudnya adalah bahwa produsen harus mengarahkan produknya untuk memenuhi setiap konsumen secara berbeda tergantung dengan kebutuhan yang mereka minta. Kedua, para pengusaha diharapkan sadar bahwa untuk memenuhi kebutuhan setiap konsumen secara unik tersebut sumberdaya perusahaan tidak akan mencukupi. Perusahaan harus memfokuskan usahanya untuk membuka akses seluas-luasnya ke seluruh dunia untuk mendapatkan resources terbaik yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa. Akses kepada resources ini bukan untuk memiliki tetapi bagaimana melakukan kolaborasi antara pemilik resources dengan perusahaan (co-created value). Kolaborasi ini akan menghasilkan keterikatan yang kuat antar perusahaan di dunia dan kondisi di masa yang akan datang yang terjadi adalah kerjasama bukan kompetisi.