Thursday, February 6, 2014

Menimbang Strategi Kompensasi Berbasis Kinerja untuk Industri Perkebunan Indonesia (Bagian 2, Habis)

Reward secara holistic

Sebelum kita membicarakan mengenai strategi kompensasi yang tepat ada baiknya kita mengingat kembali mengenai konsep reward secara holistic. Pada dasarnya rewards yang diberikan perusahaan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian. Pertama adalah kompensasi/remunerasi langsung, semua yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang sifatnya tangible disebut sebagai kompensasi seperti: upah, gaji, uang lembur, lump sum, insentif jangka pendek (triwulan, semsteran), insentif jangka panjang (bonus, tanciem), dan cash profit sharing. Kedua adalah benefits yang merupakan kompensasi tidak langsung, yang dimaksud adalah semua yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang dapat dinilai tetapi biasanya tidak diterimakan langsung atau rutin seperti: jaminan pension, jaminan kesehatan, santunan hari tua (SHT), asuransi pendapatan, santuan kematian, program work-life balance, dan kebijakan SDM lainnya (beban kerja, tekanan pekerjaan, waktu luang, fleksible work hours). Ketiga adalah juga bentuk dari kompensasi tidak langsung yakni kesempatan untuk mengembangkan karir seperti: pengembangan kompetensi melalui training dan pola pengembangan lainnya, promosi karir, jaminan stabilitas pekerjaan, dan kualitas kehidupan kerja yang baik. 

Menimbang Strategi Kompensasi Berbasis Kinerja untuk Industri Perkebunan Indonesia (Bagian 1)


Kondisi perekonomian dunia yang lesu sejak tahun lalu berimbas cukup signifikan terhadap industri perkebunan Indonesia. Lesunya perekonomian negara-negara Eropa dan Amerika, akibat krisis ekonomi, menyebabkan turunnya harga  komoditas dan permintaan produksi perkebunan kelapa sawit, karet, the, yang dihasilkan oleh perusahaan perkebunan dalam negeri. Penurunan permintaan tersebut tentu saja berdampak pada penurunan volume ekspor dan juga tingkat harga jual komoditas dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai contoh adalah CPO, komoditas ini sebagian besar di ekspor ke luar negeri dan besaran tingkat harga sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran pasar internasional. Kemudian gula, walaupun hamper semua produksi gula digunakan untuk konsumsi dalam negeri tetapi besaran tingkat harga juga dipengaruhi oleh perdagangan internasional karena suplai dalam negeri masih ditopang oleh gula impor.
 Kondisi penurunan permintaan dan besaran tingkat harga tersebut  sangat memukul perusahaan-perusahaan perkebunan. Mereka mengalami kerugian yang cukup besar dari penjualan komoditas yang mereka hasilkan  kaena permintaan dan tingkat harga tidak sesua dengan yang diharapkan. Tetapi kabar yang cukup menggembirakan adalah kondisi ini diprediksi oleh para ekonomtidak akan berlangsung lama, karena pada akhir tahun ini saja perekonomian Amerika telah berangsur pulih kembali dan  diharapkan kondisi yang sama akan terjadi pada perekonomian Eropa tahun depan.
Di dalam negeri perekonomian Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi selama beberapa tahun ini. Rata-rata pertumbuhan perekonomian Indonesia sebesar 6% per tahun dan tetap stabil walaupun ekonomi dunia mengalami kelesuan. Perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh salah satu faktor utamanya adalah tingkat konsumsi domestik yang besar. Produksi yang dihasilkan sebagain besar dapat diserap oleh pasar domestic sehingga perusahan-perusahaan dapat terhindar dari kerugian akibat perekonomian dunia yang lesu. Tetapi dampak dari pertumbuhan ekonomi  tersebut adalah para pekerja meminta perusahaan untuk menaikkan upah mereka sehingga kue yang didapat dari pertumbuhan ekonomi tersebut juga mereka rasakan.