Fenomena minsteriusnya rezeki seolah tidak ada habis habisnya untuk dikupas. Banyak buku yang telah membahas tema ini, kalau kita pergi ke toko buku maka akan dengan mudah kita jumpai buku berjudul, Amplop Rezeki, Doa-doa Kunci Rezeki, Menjemput Rezeki, Mendobrak Pintu Rezeki, Agar Rezeki Datang Sendiri, Pembuka Pintu Rezeki, dan beberapa judul buku lain yang juga membahas bagaimana misteriusnya tema ini. Maka ketika pertama kali melihat judul buku ini timbul pertanyaan apa yang istimewa dari buku ini dibandingkan dengan buku buku di atas sehingga menjadi pembicaraan banyak orang. Apakah karena isinya yang memang menarik atau karena sang penulis merupakan motivator muda yang sedang naik daun yang setiap seminarnya selalu dibanjiri oleh banyak orang? Sebagaimana diketahui penulis buku ini, Ippho Santosa, merupakan pelopor implementasi otak kanan dalam menjalankan usahanya. Kemudian ditambah lagi setelah memegang bukunya sendiri dan mulai membaca isinya.
Buku ini muncul di tengah
maraknya orang berbicara mengenai keajaiban rezeki. Rezeki senantiasa dikaitkan
dengan keterlibatan otoritas Allah Swt dalam segala hal yang kita nikmati, yang
secara umum sering diasosiasikan sebagai pendapatan atau harta. Oleh sebab itu
isi dari buku ini sangat kental suasana religiusitasnya. Hal tersebut nampak
dari dikutipnya pernyataan Imam ‘Ali r.a. dalam sampul bukunya. Ippho mengemas
buku ini dalam kerangka pikir otak kanan, dalam menjabarkan tema-tema yang ada di dalamnya
pun menggunakan ciri khas berpikir otak kanan yakni tidak secara sistematis sebagaimana
buku buku pada umumnya. Hal tersebut diakui secara jujur oleh penulisnya karena memang ingin menunjukkan
bahwa buku juga bisa dikemas secara kreatif dan mengedepankan improvisasi. Pada
awal buku ini dijelaskan bahwa apa yang di tulis buku ini merupakan pengalaman
pribadi penulis yang kemudian diformulasikan menjadi model kesuksesan untuk
menjemut rizki. Terbaca jelas pengaruh pengalaman religius penulis dalam
menuangkan konsepnya ini sehingga tidak berlebihan jikan dikatakan bahwa
fondasi penulisan buku ini berasal dari ajaran agama islam
Menurut Ippho memahami fenomena
keajaiban rezeki hanya bisa dilakukan
dengan cara mengaktifkan otak kanan kita atau rights brain. Rights dalam bahasa indonesia berarti kanan dan
kebetulan juga berarti benar. Jadi jalan yang harus ditempuh untuk menyingkap
keajaiban rezeki ini adalah dengan kita mengasah kemampuan otak kanan kita,
yang dipahami sebagai bagian otak yang dapat memunculkan perilaku kreatif, cara
berpikir non linear, dan penuh improvisasi. Setelah diyakinkan bahwa otak kanan
akan sangat membantu mempercepat rezeki, kemudian pembaca diajak untuk masuk ke
dalam model kesuksesan yang berlipat.
Model kesuksesan yang ditawarkan
Iphho dalam buku ini terdiri dari 7 (tujuh) pilar yang yang menjadi penyangga
untuk munculnya keajaiban rezeki. Pilar pertama adalah pilar perisai diri. Yang
dimaksud dengan perisa diri adalah pemahaman mengenai potensi diri. Pemahaman
tersebut bisa terjadi jika kita paham mengenai apa saja kesuksesan yang telah
kita raih selama hidup ini. Dengan memahami hal tersebut maka kita dapat menduga
bahwa mungkin talenta kita ada pada bidang dimana kita seringkali mengalami
kesuksesa. Ketika kita telah memahami talenta diri kita, maka hal tersebut akan
sangat untuk mengarahkan langkah kita untuk memulai usaha yang akan menjadikan
diri kita mendapatkan kesuksesan. Pilar kedua disebut pilar dua bidadari. Maksu
dari dua bidadari ini adalah dukungan keluarga dalam hal ini adalah ibu dan
istri. Daam setiap aktivitas usaha kita sebisa mungkin senantiasa meminta restu
dan doa kepada ibu serta juga kerelaan istri. Ibu yang yang najdi pintu
keridaan Allah Swt harus senantiasa kita prioritaskan dan kita minta doanya
agar perjalanan kita dalam berusaha diberi kemudahan dan kelancara. Kerelaan
istri juga dianjurkan untuk senantiasa digapai kaena dengan kerelaan istri maka
apapun aktivitas yang kita lakukan akan dijalani secara tenang dan sungguh
sungguh.
Pilar ketiga adalah pilar
golongan kanan. Sebagaimana yang menjadi tema pokok dalam konsepsi akselerasi
kesuksesan yang ditawarkan Ippho, penggunaan otak kanan merupakan syarat utama
dalam memulai berusaha dan menghadapi tantangan tantangan dalam bisnis. Cara
mudah agar menjadi golongan kana adalah dengan banyak banyak bergaul dengan
orang-orang dengan kecenderungan menggunakan otak kanan dalam menjalani aktivitas
usahanya. Pilar keempat adalah pilar simpul perdagangan. Perdagangan adalah pintu gerbang utama untuk
mendapatkan rezeki, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa
pintu rezki itu ada 10 dan 9 pintunya adalah pintu perdagangan. Jadi jika ingin
mempercepat rezeki maka dianjurkan untuk masuk dalam dunia perdaganyan karena
disanalah peluang untuk mendapatkan rezeki sangat besar. Pilar kelima adalah perisai langit. Yang
dimasud dengan perisan langit adalah pertolongan dari Allah Swt. Untuk
mengakselerasi datangnya rezeki maka tidak bisa lepas dari campur tangan Allah
Swt. Maka dari itu dianjurkan untuk senantiasa memohon kemudahan rezeki dengan
berdoa dan amalan yang diperintahkan dan menjauhi larangannya. Di dalam pilar
inilah sedekah sangat dianjurkan karena Allah Swt berjanji untuk
melipatgandakan kebaikan dari setiap sedekah yang kita lakukan. Pilar keenam
adalah pilar pembeda abadi, sebagaimana produk yang dipasarkan maka setiap
usaha yang kita lakukan perlu dipikirkan daya bedanya. Daya beda atau distinctive ini penting untuk digarap
secaa serius agar dalam berusaha orang akan dengan mudah membedakan anda dengan
pengusaha lainnya. Pilar terakhir adalah pilar ikhtiar, maksudnya adalah usaha
terus menerus pantang menyerah walaupun banyak halangan dan rintangan
menghadang usaha kita. Perlu disadari bahwa setiap usaha tidak akan begitu saja
dilalui dengan mudah, akan banyak halangan dan rintngan yang akan menghadang
untuk itu kita tidak boleh menyerah dan tetap harus terus berihktiar.
Kekuatan buku iniadalah bahwa
isinya merupakan refleksi dari pengalaman riil penulis sehingga apa yang
ditulis menjadi mudah untuk dibayangkan implementasinya. Dimensi transental
dalam buku ini begitu kuat dimana setiap tahapannya senantia terkait dengan tuntunan
agama walaupun ditafsirkan sesua dengan pemahaman penulis. Ada dua hal yang
perlu menjadi catatan bagi pembaca buku ini, pertama adalah jangan sampai
seolah olah dengan mengandalkan otak kanan saja dan meninggalkan otak kiri kita
akan sukses. Manusia yang paripurna adalah ketika bisa menggunakan seluruh
potensi otaknya secara maksimal disertai dengan petunjuk agama. Kedua potensi
otak tersebut harus digunakan secara penuh karena akan saling mendukung dan melengkapi
dalam setiap tantangan hidup. Kedua, jangan sampai segala amalan agama yang
kita jalani seperti berbakti kepada orang tua, menjaga ridha istri, bersedekah,
dan aktivitas amal shalih lainyaa hanya semata mata diniatkan untuk
memperlancar rizki kita. Cukuplah peringatan Allah Swt di dalam Al Quran dalam
Surat Hud [11]: 15-16 menjadi pengingat kita semua, bahwa “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia
dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka
di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16). Yang dimaksud dengan
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia” yaitu barangsiapa yang
menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat. Buku ini
bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mencoba berusaha, tetapi perlu dilandasi
niat yang tulus mengharap ridha Allah Swt saja.
No comments:
Post a Comment