Manajemen SDM yang dikenal saat ini merupakan hasil metamorfosis dari konsep pengelolaan karyawan di masa lalu. Awal mula munculnya gagasan pengelolaan SDM ini bermula dari lahirnya revolusi industri di Inggris abad ke 19. Produksi barang dan jasa yang semula dilakukan di kampung-kampung dan bersifat manual berubah drastis ketika ditemukan teknologi mesin uap sehingga bisa menggerakkan turbin dan kemudian menggerakkan mesin mesin produksi. Karena menggunakan mesin maka proses produksi menjadi lebih cepat dan biaya produksinya dapat ditekan sedemikian rupa sehingga bisa jauh lebih murah jika dibandungkan dengan produk yang sama yang diproduksi oleh home industry.
Revolusi industri menjadikan masyarakat desa maupun kota berbondong bondong mendaftakan diri agar dapat bekerja di pabrik karena home industri tidak lagi bisa diandalkan untuk menopang kehidupan sehari hari karena kalah bersaing dengan barang yang dihasilkan oleh pabrik. Maka muncullah kelas buruh yang menyerakah tenaga, pikiran, dan waktunya kepada para majikan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih pasti dalam setiap bulannya.
Para buruh tersebut bekerja siang malam di line produksi untuk menghasilkan barang sesuai pesanan. Kalau kita masih ingat film Oliver, yang pada tahun 1980an sering diptar di TVRI maka kita bisa melihat dan merasakan betapa berat pekerjaan para buruh waktu itu, sampai sampai ada ungkapan bahwa tempat tidurnya para buruh tersebut tidak pernah dingin. Setiap seorang karyawan bangun dari tidurnya untuk berangkat kerja, pada saat itulah datang buruh yang baru pulang dari kerja untuk beristirahat ditempat tidur yang sama.
Para buruh yang bekerja di line produksi ternyata tidak semuanya fit for the job. Ada beberapa buruh yang ternyata fisiknya lemah, sehingga mengganggu kelancaran produksi. Di sisi lain, pengusana semakin kualahan untuk mencatat siapa saja yang masuk, izin, dan yang tidak masuk. Oleh karena itu buruh yang fisiknya lemah tersebut kemudian dikeluarkan dari line produksi dan diberi tugas baru untuk mencatat administrai para buruh. Darisinilah muncul konsep personalia. Kemudian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa antara yang berbadan sehat pun ternyata ada yang meimbulan masalah, karena wal,au pun badannya sehat tetapi perilakunya tidak sejalan dengan nilai nilai yang berlaku di dalam line produksi. Sehingga orang-orang ini menjadikan teamwork menjadi mengendur dan kontra produktif dengan pencapaian sasaran produksi. Agar tidak menjadi masalah lagi maka orangorang tersebut dipindah ke bagian personalia untuk dibina dan ditugaskan untuk membantu pelaksanaan administrasi. Demikianlah maka kemudian muncuk konsep personalia dalam pengelolaan SDM.
Kalau ada saat ini yang masih memiliki pemahaman bahwa di bagian personalia adalah tempat pembuangan orang orang yang lemah dan yang mengganggu team work maka pada hakikatnya perusahaan tersebutmasih perada pada tahapan awal dalam pengelolaan SDM.
Bersambung.
No comments:
Post a Comment