Dalam pembentukan persepsi peran kognisi tidak bisa diabaikan. Kemampuan kognisi adalah kemampuan mental untuk melakukan penalaran, mengingat, memahami, dan melakukan pemecahan masalah yang di hadapi. Kemampuan kognisi akan menentukan kemampuan untuk memproses semua informasi yang diterima oleh indra (pengaruh eksternal) dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang (pengaruh internal) sehingga memunculkan sebuah persepsi dan suatu obyek yang menjadi perhatian seseorang. Pemahaman mengenai kognisi yang benar akan bermanfaat bagi para peminat studi keperilakuan untuk bisa memahami banyak hal terkait dengan perilaku karyawan di tempat kerja. Misalnya saja terkait dengan agresivitas karyawan terhadap perusahaan maupun karyawan lain, tingkat produktivitas karyawan, turnover, sikap karyawan dalam menjalani politik organisasi, serta sinyal preferensi konsumen terhadap minat untuk membeli produk yang ditawarkan.
Proses kognisi berperan besar dalam pembentukan perilaku agresif pada karyawan. Seringkali kita melihat di tempat kerja ada karyawan yang berperilaku agresif terhadap perusahaan (menentang aturan, atau tidak pengerjakan tugas secara benar) dan juga terhadap rekan kerjanya. Fenomena tersebut menarik untuk digali lebih dalam, sebetulnya apa yang memotivasi merka melakukan tindakan agresif tersebut. Para ahli ilmu keperilakuan melihat bahwa fenomena tersebut terjadi melalui tiga jalur pemicu yang semuanya melibatkan proses berpikir. Pemicunya diawali dengan pengaruh dua faktor yakni situasi lingkungan kerja dan kondisi kejiwaan pada saat itu. Dua faktor tersebut yang menjadi pemicu sikap yang ditunjukkan oleh karyawan, termasuk di dalamnya adalah agresi. Kemudian pemicu tersebut dapat tersalurkan melewati jalur pertama yaitu jalur kognisi dan initiated processing. Maksudnya adalah bahwa seseorang yang terpicu sifat agresifnya kemudian memandang situasi di lingkungan kerja melalui interpretasi dia terhadap fenomena lingkungan kerja yang sedang terjadi saat ini, seperti kerangka atasan dan bawahan, penilaian kinerja dsb. Kedua adalah melalui proses attitude-initiated processing, maksudnya adalah bahwa ketika perilaku agresif tersebut terpicu maka kemudian seseorang akan memprosesnya melalui sikap (attitude) . Sikap yang ditampilkan oleh karyawan merupakan akumulasi dari evaluasinya terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu, yang terjadi dalam keanggotaan organisasi melalui bentuk stereotype atau prejudice. Jadi pemicu sikap agresivitas karyawan adalah kondisi lingkungan dan kondisi kejiwaan yang terjadi saat itu yang terwadahi dalam stereotyping dan prejudice terhadap orang lain atau obyek di lingkungan kerja. Ketiga adalah affect-initiated processing. terjadinya agresivitas karyawan karena proses afektif. Maksudnya adalah sikap emosi kita yang memicu agresivitas bisa terjadi karena dipandu oleh proses kognisi yang meliput proses akses kita terhadap pemikiran, ide, memori dan intepretasi, negatif terhadap situasi yang terjadi pada saat itu. Ketiga jalur tersebut diletakkan secara berurutan mengikuti kecepatannya, jadi pemicu agresivitas karyawan yang paling cepat adalah melalui proses affect-innitiated processing. Ketiga jalur tersebut dalam prosesnya terkait dengan interaksi sosial yang terjadi dimana di dalamnya terdapat keterlibatan individu, situasi, organisasi, konteks sosial yang terjadi, dan karakterisitik lingkungan sosial.
No comments:
Post a Comment