Sejak ditemukan microprocessor oleh Ted Hoff tahun 1968, pola bisnis di dunia mengalaim transformasi, hal tersebut ditandai dengan munculnya desktop computers, local dan wide area networks, enterprise software, and the internet. Saat ini hampir tidak ada yang membantah bahwa teknologi informasi menjadi tulang punggung perdagangan dunia saat ini. Perusahaan melihat bahwa teknologi informasi menjadi sumberdaya yang menentukan dalam mencapai kesuksesan
Pentingnya IT juga telah mengubah perilaku top manager. Chief executives saat ini
rutin berbicara mengenai strategic value
dari teknologi informasi, tentang
bagaiman mereka dapat menggunakan TI untuk memenangkan persaingan, bagaimana mendigitalisasi model bisnis mereka.
Sebagian besar ari mereka memiliki jadwal diskusi tetap denga ahli IT
perusahaan, dan banyak juga yang mempekerjakan
perusahaan konsultan untuk memberikan fresh ide tentang bagaimana mendayagunakan invetasi TI mereka ntuk
memperkuat daya beda dan keunggulan terhadap pesaing.
Tetapi pemahaman bahwa TI adalah salah satu pilar
strategis dalam membangun daya beda dan keunggulan bersaing terbukti saat ini
mulai kehilangan relevansinya. Keunggulan bersaing hanya dapat tercipta karena
kita memiliki sumberdaya atau menggunakan sumberdaya yang terbatas. Atau
perusahaan dipandang memiliki keunggulan kompetitif jika dapat melakukan
sesuatu yang perusahaan lain tidak bisa melakukannya. Tetapi saat ini teknologi
TI sudah menjadi komoditas dan harganya semakin cepat turun. Sehingga core function TI seperti data storage, data processing dan data transport menjadi tersedia dengan mudah dan dapat digunakan
oleh semua orang. Dalam kacamata strategik sumberdaya TI saat ini menjadi tidak
lagi terlihat tingkat strategisnya.
Dalam sudut pandang praktek industri, jika suatu
sumberdaya sangat menentukan bagi pemenangan suatu persaingan tetapi tidak
bertalian dengan strategi, maka yang muncul adalah resiko di banding
keunggulan. Perlombaan penggunan TI menjadi sangat membosankan bagi perusahaan
karena TI sudah menjadi komoditas, dan harganya akan jatuh dengan cepat seiring
dengan semaik cepat ditemukanya teknologi yang lebih baik,dan lebih efisien.
Pada level atas, manajemen biaya yang lebih kuat
membutuhkan kekakuan dalam mengevaluasi expected
returns dari investasi sistem yang telah dilakukan, semakin kreatif dalam
mengeksplorasi alternatif secara lebih sederhana dan murah dan membuka ruang
untk melakukan outsourching dan
kerjasama yang saling menguntungkan. Musuh utama dalam upaya mengubah kebijakan
TI perusahaan adalah waste files dan sloppy. Dengan mengelola kedua hal
tersebut aan banyak kapasitas Ti yang besa dihemat dan selanjutnya akan dapat
dignakan untuk meningkatkan efektivitas operasi TI.
Banyak pucuk pimpinan perusahaan khawatir jika perusahaanya
memotong biaya TI maka akan mempengaruhi pendapatannya. Hal tersebut dibantah
oleh beberapa studi yang telah dilakukan yang menyatakan besarnya pengeluaran
TI jarang yang berimbas kepada pencapaian hasil keuangan yang superior. Hal
tersebut bisa dibaca dari lapora hasil penelitian Alinean. Kunci sukses masa
depan perusahaan bukan lagi ditentukan
dengan sebesar apa belanja TI yangmereka lakukan tetapi bagaimana mengelola biaya
investasi TI dan risiko yang ditimbulkannya secara sistematis dan teliti.
Analisis
Penggunaan TI sebagai tulang punggung dalam berbisnis
sudah merupakan suatu yang harus diadopsi bagi seluruh perusahaan yang
menginginkan untuk tetap survive di era digital saat ini. Tetapi proses adopsi
TI ini yang seringkali membuat perusahaan frustrasi, mereka telah merasa
menginvestasikan biaya yang besar untuk TI tetapi hasilnya tidak kunjung mereka
lihat dan rasakan.
Hal tersebut terjadi karena tidak adanya perencanaan
strategis dalam enerapan TI pada proses bisnis perusahaan. Yang dimaksud dengan
Perencanaan Strategis Sistem Informasi (PSSI) adalah sistem yang membantu
perusahaan mendapatkan keunggulan kompetitip melalui kontribusinya pada tujuan
strategis perusahaan dan/ atau kemampuannya untuk secara signipikan
meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
Perencanaan Strategis Sistem Informasi diperlukan agar
sebuah organisasi dapat mengenali target terbaik untuk melakukan pembelian dan
penerapan sistem informasi manajemen dan menolong untuk memaksimalkan hasil
dari investasi pada bidang teknologi informasi. Sebuah sistem informasi yang
dibuat berdasarkan Perancangan Startegis Sistem Informasi yang baik, akan
membantu sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana
bisnisnya dan merealisasikan pencapaian bisnisnya. Dalam dunia bisnis saat ini,
penerapan dari teknologi informasi untuk menentukan strategi perusahaan adalah
salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan performa bisnis.
Adopsi TI pada perusahaan saat ini sebagian besar masih
pada dataran ikut-ikutan trend dan tidak berbasis pada kebutuhan perusahaan.
Sehingga dalam pembeliannya pun dibeli teknologi yang sesungguhnya terlalu canggih
untuk kebutuhan perusaahan walaupun sampai jangka waktu 5 tahun kedepan.
Pengembangan TI hanya diserahkan kepada staff TI ataupun meminta bantuan
perusahaa outsourching yang tidak memahami secra keseluruhan arsitektur TI
perusahaan.
Jika perencanaan strategis TI ada pada perusahaan maka
akan dengan mudah diimplementasikan penerapan TI berdasarkan prioritas kebutuhan
organisasi.
No comments:
Post a Comment