Seringkali para pelaku bisnis menduga bahwa kekalahan dalam
bersaing di dalam usaha disebabkan oleh lemahnya strategi. Sehingga untuk itu
diperlukan pengembangan strategi yang handal. Pada umunya perusahaan memerlukan
waktu berbulan bulan dan melibatkan para karyawan yang paling pintar untuk
untuk merumuskan strategi yang handal. Mereka memulainya dengan scanning
lingkungan eksternal, kemudian menganalissi kekuatan dan kelemahan sumberdaya
yang dimiliki dan selanjutnya mengembangkan strategi. Strategi yang dikembangkan
pun tidak tanggung-tanggun, mulai dari
strategi korporasi, kemudian diturunkan ke strategi fungsional seperti keuangan,
produksi, pemasaran, dan SDM. Setelah strategi disusun perusahaan berharap bahwa ke depan daya saing perusahaan dapat
semakin meningkat dan keuntungan perusahaan dapat semakin tinggi.
Tetapi harapan tersebut sering kali tidak bisa diwujudkan
dengan baik. Perusahaan seringkali lupa atau memiliki keterbatasan dalam
mengimplementasikannya. Arahan yang disampaikan oleh BOD dalam setiap rapat dan
pertemuan sering tidak bisa dijalankan secara efektif di lapangan sehingga
hasil tidak seperti yang diharapkan. Hal tersebut seringkali berulang sehingga
strategi yang sebelumnya terlihat sangat bagus ketika disusun dan diyakini
dapat menjadikan perusahaan lebih baik tetapi pada saat implementasinya tidak
bisa seperti yang direncanakan. Pada posisi ini dapat dikatakan bahwa strategi
bukanlah satu-satunya penyebab kekalahan perusahaan dalam bersaing. Tetapi ada
satu lagi faktor yang sangat penting yaitu kemampuan eksekusi. Para CEO
mengakui bahwa untuk melakukan eksekusi strategi sampai mencapai hasil yang
diinginkan, tingkat kesulitannya melebihi kesulitan dalam menyusun strategi.
Keberhasilan impelmentasi strategi perusahaan sangat ditentukan
oleh seberapa efektif eksekusi dari strategi tersebut. Agar eksekusi dapat
berjalan efektif maka yang pertama kali harus dipastikan bahwa strategi yang
telah disusun benar benar handal, dikembangkan dari pembacaan lingkungan
internal dan eksternal. Kehandalan strategi dapat dilihat dari sejauhmana
strategi tersebut selaras dengan pencapaian sasaran perusahaan dan memiliki
indicator kesuksesan yang jelas dan terukur. Kalau kedua hal tersebut telah
dimiliki maka modal dasar untuk melakukan eksekusi strategi yang efektif telah
dimiliki. Langkah selanjutnya adalah menterjemahkan strategi tersebut ke dalam
aksi dengan menjabarkan strategi tersebut ke dalam serangkaian aktivitas
kegiatan. Seringkali dijumpai bahwa pelksanaan aktivitas kegiatan ini
menimbulkan kesenjangan dengan strategi, hal ini dimungkinkan karena aktivitas
kegiatan tersebut langsung berhadapan
dengan realitas di lapangan sehingga terpaksa harus melakukan
penyesuaian-penyesuaian, atau mungkin juga hal tersebut terjadi karena
kurangnya pemahaman pelaksana terhadap maksud dan tujuan aktivitas kerja
tersebut. Oleh karena itu peran pimpinan yang visioner dan efektif menjadi
penting dalam proses eksekusi strategi.
Pemimpin menjadi penggerak, mengatur/supervisi, pengontrol
eksekusi dari strategi. Sebagai penggrak, sorang pemimpin haruslah orang yang
paham betul mengenai kondisi yang akan diwujudkan melalui eksekusi strategi
tersebut, mampu menjelaskan pada orang lain secara sederhana tetapi tepat mengenai
apa yang harus dihasilkan dan manfaatnya bagi mereka dan perusahaan secar
keseluruhan sehingga orang lain menjadi terinspirasi dan tergerak untuk bersama
sama mewujudkannya serta memiliki tekad yang kuat agar sasaran strategi
tersebut dapat tercapai. Dialah yang akan menjelaskan kepada setiap pelaksana
strategi apa yang harus dikerjakan kepada bawahannya dan memastikan bahwa apa
yang mereka kerjakan terseebut untuk mencapai kondisi yang diharapkan. Memahami
kemungkinan hambatan yang akan dijumpai dan siap dengan alternative solusi
ketika hambatan tersebut benar-benar terjadi. Sebagai pengatur/supervisi, maka
maka pemimpin membagi tugas kepada orang-orang yang tepat sehingga tidak ada
lagi bawahan yang timpang tindih pekerjaan atau mendapatkan beban pekerjaan
yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Sebagai pengontrol maka pemimpin akan
memastikan bahwa gap yang muncul antara strategi dan pelaksanaanya, dikarenakan
kondisi di lapangan, dapat diminimalkan .
Setelah kita memiliki strategi yang jelas dan pemimpin yang
visioner dan efektif maka kemudian kita dapat melangkah untuk memahami proses
eksekusi strategi yang efektif. Meminjam kategorisasi yang dilakukan oleh Lary
Bosidy dalam Buku Execution; The Discipline of Getting Things Done, ada tiga
proses utama yang harus diperhatikan.
- Strategy process, adalah proses mengkaitkan antara strategi dengan milestones (batu pijakan) yang ada hingga mencapai sasaran. Pemimpin akan menterjemahkan strategi yang telah ditetapkan ke dalam milestones yang akan menjadi indikator yang terukur secara kuantitatif. Indikator tersebut digunakan sebagai tanda bahwa langkah yang dilakukan oleh organisasi telah on the right track. Di dalam setiap milestones ini akan ditetapkan ukuruan-ukuran keberhasilannya dan target-target yang memudahkan nantinya untuk melakukan evaluasi. Dalam strategy process ini juga dirumuskan karyawan yang seperti apa yang akan mampu melaksanakan implementasi strategi.
- People process, adalah proses mengkaitkan antara kemampuan karyawan dengan tugas tugas yang muncul untuk menjalankan strategi tersebut. Dalam proses ini yang perlu dilakukan pertama kali oleh pemimpin adalah mengevaluasi kemampuan dari bawahannya apakah telah memiliki kemampuan yang dipersyaratkan untuk melaksanakan aktivitas kerja. Pemimpin juga akan melakukan pemetaan kualitas kepemimpinan bawahannya untuk ditempatkan pada hierarki struktur kepemimpinan dalam organisasi.
- Operation process, adalah proses melaksanakan operasi kerja dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan eksternal yang dihadapi. Operasi kerja biasanya berdasarkan rencana operasi yang disusun setiap akhir tahun. Di dalamnya terhadap program-program atau aktivitas kegiatan yang akan dilakukan tahun depan disertai dengan target-targetnya.
Dari ketiga proses tersebut yang paling penting adalah people process. Karena penggerak kegiatan yang telah direncanakan adalah karyawan. Kalau ketiga proses
tersebut telah dipahami oleh seorang pemimpin maka tahap selanjutnya adalah
memimpin proses eksekusi. Agar eksekusi strategi dapat berjalan dengan efektif
maka yang harus dilakuakn oleh pemimpin adalah melakukan analisis kesiapan
sumberdaya yang dimilikinya. Sumberdaya yang umum dapat diidentifikasi adalah
SDM, modal, metode, mesin dan material. Apakah sumberdaya tersebut sudah siap
untuk mendukung impelmentasi strategi. Jika ternyata belum siapa apa yang akan
dilakukan? Pemimpin sebaiknya memikirkan bagaiamana sumberdaya tersebut dapat
dicukup atau kalau memang tidak mampu menukupi maka pemimpinan tersebut harus
merumuskan rencana cadangan yang akan menghasilkan pencapaian target berbeda
dengan rencana sebelumnya. Analisis lain yang perlu dilakukan adalah analisis
pihak pihak yang berkepentingan (stakeholders), analisisnya mencakup seberapa
besar kepentingan masing-masing pihak tersebut dapat menjadi kendala dan
seberapa besar dapat digunakan untuk mendukung implementasi strategi. Jika
dalam analisis muncul kendala maka pimpinan perlu menyusun rencana
antisipasinya. Kendala terbesar dari stakeholder adalah resistensi, jika
resistensi tersebut muncul maka perusahaan harus melakukan usaha ekstra keras
untuk meminimalisasikannya. Oleh karena itu identifikasi potensi kendala atau
resistensi tersebut penting untuk dilakukan agar dapat dilakukan antisipasinya
pengelolaannya. Jika resistensi ini tidak dikelola agar semakin kecil maka bias
dipastikan impelemntsi strategi tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.
Tetapi ketika menganalisis terdapat potensi dukungan maka pimpinan juga perlu
memikirkan langkah apa yang akan dilakukan untuk memaksimalkan dukungan mereka.
Ketika pimpinan telah memiliki peta internal maupun ekternal
maka yang harus dilakukan adalah memimpin implementasi tersebut. Ketika
implementasi strategi tersebut mempengaruhi lingkungan bisnis, maka secara
natural akan muncul reaksi dari pesaing. Jika secara rasional kita bias menduga
apa yang akan dilakukan oleh pesaing maka sejak awal kita bisa mempersiapkan
kemungkinan untuk kerjasama atau membiarkan untuk bersaing. Ketika pesaing
bisnis kita merupakan pemain dominan di industry maka kita dapat melakukan
kerjasama dengan mereka sehingga sama sama menguntungkan atau memilih segmen
pasar yang tidak terlalu kuat persaingannya, tetapi ketika kita lebih dominan
dibanding para pesaing maka kita harus memiliki keberanian untuk bersaing
dengan mereka. Tetapi seberapapun
besarnya persaingan yang terjadi, penting untuk diingat bahwa iklim bisnis yang
sehat dan bersih harus terus dipertahankan. Tidak selamanya pesaing kita adalah
pihak yang tidak ada kemungkinanuntuk diajak kerjasama, pasti di sisi-sisi lain
kita bisa menemukan aspek aspek yang bisa kita kerjasamakan. Jika pun muncuk
konflik maka yang harus dilakukan adalah jangan sampai konflik tersebut
menjadikan kinerja perusahaan menjadi turun ataupun image positif perusahaan
menjadi tercemar. Bagaimana pendapat anda?
No comments:
Post a Comment