Friday, November 8, 2013

Servant Leadership dalam Era Post Industry

Munculnya era learning revolution
Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa saat ini tengah terus berlangsung perubahan besar dalam kehidupan manusia, yakni perubahan era industry ke era informasi/pengetahuan. Entah sampai kapan proses perubahan ini akan berakhir.  Perubahan yang besarnya mungkin hampir menyamai perubahan yang diakibatkan oleh revolusi industri yang terjadi pada akhir abad ke 19, yaitu dari yang era masyarakat agraris (agricultural society) yang kemudian berubah ke masyarakat  era industry (industrial age) atau yang lebih dikenal sebagai masa era revolusi industri.  Era industry dimulai dengan ditandai oleh ditemukannya mesin uap sehingga proses produksi yang sebelumnya bersifat rumahan dan memiliki skala usaha yang kecil berubah menjadi bersifat pabrikan dan mass production atau berskala besar. Pada saat itu perubahan yang terjadi hampi meliputi segala sendi masyarakat baik itu ekonomi, social, politik, dan budaya.  Perubahan yang terjadi saat ini juga hamper sama yakni perubahan  dari era industri ke era post industry atau era  pengetahuan/informasi, meminjam  istilah yang dikemukakan Alvin Tofler dalam bukunya The Third Wave. Penulis juga termasuk salah seorang yang tidak menyadari hal ini  sampai seorang pemikir manajemen, Daniel H, Kim, menya takan dalam suatu konferensi Human Capital Management di Singapura 2012 tahun lalu. Begitu banyak tanda-tandanya yang telah muncul saat ini sehingga saya merasa penting untuk menuliskannya agar kita sama-sama paham dan mampu menyikapinya secara cerdas
Alvin Toffler pada tahun 1980 meramalkan bahwa gelombang ketiga dari perubahan lingkungan social umat manusia akan segera terjadi secara mendunia, perubahan dari era industry ke era pengetahuan/informasi. Perubahan tersebut akan ditandai bergesernya peta kekuatan dunia dari negara yang memiliki industry yang massif ke negara yang memiliki industry dengan basis ilmu pengetahuan dan informasi yang maju . Negara  yang memiliki basis pengetahuan dan informasi yang tinggi tidak otomatis menjadi neara yang kuat tetapi dengan pengtahuan dan informasi tersebut mereka bisa terus belajar oleh sebab itu era pengtahuan dan informasi tersebut juga disebut sebagai era pembelajaran (leraning era/learning revolution) dimana terjadi ledakan proses pembelajaran karena semakin terbukanya akses ilmu pengetahuan dan informs melalui media internet. Perubahan era tersebut  kemudian juga diikuti dengan perubahan mental model masyarakat yang sangat berbeda dengan mental model yang ada dalam masyarakat era industri. Agar memiliki pemahaman yang sama maka saya kutipkan definisi dari mental model.  Mental model adalah  cara pandang manusia mengenai bagaimana  antar komponen dalam lingkungan nyata ini  saling  berhubungan atau memiliki keterkaitan. Pemahaman mengenai mental model ini akan membantu  untuk memprediksi perilaku  dan menyusun pendekatan  untuk memecahkan masalah.



Daniel H. Kim,cofounder Pegasus Communication, mengatakan bahwa perubahan mental model dari era industry ke era pengetahuan meliputi hampir semua aspek dalam bisnis. Mulai dari pemahaman mengenai bisnis, asumsi dasar, tujuan dari proses produksi, sumber motivasi,  sampai pendekatan yang efektif digunakan. Tabel berikut ini dapat menggambarkan perubahan mental model apa saja yang terjadi. menyelesaiakan tugasnya sendiri. Kehadiran karyawan dikantor dapat dirancang sedemikian ruap sesuai dengan karakteristik bisnis tetapi tetap mengedepankan fleksibilitas.
Pada aspek pemahaman mengenai varias dalam produk yang di hasilkan, paradigma  di era industri adalah  variasi produk kalau bisa dieliminasi karena yang dibutuhkan adalah produk yang seragam, memproduksi produk yang seragam dalam skala besar akan lebih cepat dan lebih efisien. Jika terjadi efisiensi maka daya saing produk menjadi tinggi. Tetapi dalam era learning revolution,  variasi produk dipahami sebagai sesuatu yang  natural dan merupakan sumber kreativitas dan inovasi. Kebutuhan akan produk yang bervariasi adalah sebuah kebutuhan alamiah karena memang pada kenyataanyya selera konsumen juga berbeda beda. Sehingga kebutuhan yang berbeda0beda tersebut sebetulnya bukan merupakan halangan tetapi justru menjadi sumber kreatifitas dan inovasi.
Pada aspek tujuan akhir dalam proses produksi, dalam era industry  tujuan memproduksi barang dan jasa adalah memproduksi secara konsisten produk yang telah terstandardisasi dan sedapat mungkin dieliminasi product yang mengalami defect. Sedangkan dalam era pembelajaran tujuan akhirnya adalah bahwa setiap bagian atau pekerja tidak dituntut untuk memberikan kontribusi yang seragam ataupun standard tetapi lebih kepada bagaimana setiap bagian dan pekerja  dapat memberikan kontribusi yang maksimal sesuai kemampuannya. Sebagai contoh dalam produksi mobil, pada dasawarsa yang lalu model mobil yang tawarkan di masal jumlahnya sangat terbatas, tetapi pada akhir-akhir ini kita bisa lihat setiap produse mobil paling tidak mengeluarkan model terbaru setiap tahun dan melakukan upgrade atau modifikasi dari model yang sudah ada. Dengan contoh ini terlihat bahwa setiap bagian dari perusahaan didorong untuk memberikan kontribusi yang maksimal sesuai porsinya dengan tujuan akhir meningkatkan daya saing perusahaan.
Pada aspek motivasi , di era  industrialis, motivasi datang dari luar, disuplai dari eksternal. Orang akan termotivasi karena ada rangsangan dari luar dalam bentuk reward. Sedangkan dalam era learning revolution, sumber motivasi berasal dari dalam diri. Perasaan dimanusiakan dan kebebasan untuk aktualisasi diri merupakan sumber motivasi para era ini. Cara pandang ini akan menjelaskan  fenomena para pekerja saat ini yang sangat mudah untuk berpindah-pindah pekerjaan dikarenakan alasan yang sifatnya non material. Perusahaan perlu mengembangkan mekanisme recognition yang bervariasi untuk membangkitkan motivasi dari dalam diri.

Pada aspek kecenderungan alami, maka yang akan terjadi adalah bahwa mental model era industrialis akan semain rapuh dan kemudian hilang , tetapi ketika suatu masyarakat yang mengadopsi pandangan era pembelajaran akan mampu melakukan self organizing dan self renewing dan akan menjadimotor kemajuan di masa yang akan datang. Pada aspek ekonomi akan terjadi perubahan dari  mass production akan bergeser menjadi mass customization. Contoh dari mass costumization adalah produksi mobil dimana calon pelanggan bisa memilih sendiri spesifikasi yang diinginkan dan warna yang disukai. Produk yang dihasilkan nantinya akan sesuai denga keinginan konsumen. Istilah dalam industry otomotif adalah made to order. Sudah ada beberapa pabrikan mobil yang mengadopsi cara ini sepert BMW dan Mini Cooper. Pada aspek pendekatan bisnis secara umum juga mengalami pergeseran dari semula yang sifatnya reduksionis  menjadi holistik. Reduksionis dipahami sebagai keseluruhan yang merupakan jumlah dari bagian-bagiannya dan dapat dipahami dengan memecahnya menjadi bagian-bagian . contohnya adalah industry tekstil. Kita akan memahami bisnis tersebut jika memecahnya menjadi bagian bagian . Sedangkan pendekatan holistik adalah bagian bisnis hanya dapat dipahami dalam konteks dari keseluruhan, yang melampaui penjumlahan dari bagian-bagian  melampaui jumlah dari bagian. Contohnya adalah produk server IBM yang sering kita lihat di koran atau majalah. Produk tersebut merupakan bagian dari bisnis IMB yang terdiri dari perangkat lunak, PC, printing product, storage, dan pengelolaan sumberdaya informasi lainnya yang kemudian ketika kita gabungkan baru akan memahami bisnis apa yang dilakukan oleh IBM yakni making world smarter. Era learning revolution ini akan mentransformasi masyarakat kea rah yang lebih maju dalam aspek teknologi mauapun kehidupan social.

Servant Leadership pada era learning revolution
Dengan kondisi perubahan yang terjadi pada era learning revolution ini maka kemudian timbul pertanyaan, dalam konteks organisasi, tipe kepemimpinan apa yang  paling tepat untuk mengelola era ini? Daniel H. Kim mengajukan hipotesis bahwa yang pola pendekatan kepemimpinan yang paling tepat adalah servant leadership. Sebetulnya konsep ini sudah muncul sejak tahun 1970an. Ketika dicoba untuk dikelompokkan maka servant leadership ini termasuk kelompok tipe kepemimpinan yang mana?  
Secara umum pola kepemimpinan dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama adalah autocratic, yaitu gaya kepemimpinan yang mensyaratkan tugas masing-masing bagian atau posisi secara jelas dan kemudian akan menjadi dasar dalam memonitor pelaksanaan dan hasil. Dalam gaya kepemimpinan ini keputusan merupakan tanggungjawab pimpinan, bawahan sifatnya membantu tugas pimpinan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kedua adalah gaya kepemimpinan partisipatif, ciri gaya kepemimpina  ini adalah sikapnya yang senantiasa  melibatkan bawahan  dalam mengambil keputusan. Banyak tugas dan tanggungjawab yang akhirnya di delegasikan kepada bawahannya. Hal ini didasari keyakinan bahwa ketika bawahan dilibatkan untuk mengabil keputusan maka daya dukung mereka nantinya akan sangat penting bagi implementasi dari keputusan yang diambil. Sedangkan yang ketiga adalah laissez faire, gaya kepemimpinan yang membebaskan bawahannya untuk melakukan segala sesuatu. Dalam kenyataannya gaya kepemimpinan yang ketiga ini sangat sedikit  dipraktekkan.
Berdasarkan ketiga pola kepemimpinan tersebut maka servant leadership lebih pas dimasukan ke dalam kategori gaya kepemimpinan partisipatif karena prioritas utama dari seorang servant leader adalah mendorong, mendukung, dan menjadikan bawahan mampu  mengeluarkan semua potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan  terjadinya pendelegasian  tanggungjawab kepada bawahan dan  senantiasa melibatkan mereka dalam setiap pengambilan keputusan. Model partisipatif ini merupakan model yang memungkinkan terciptanya kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi. Pendekatan servant leadership akan merubah pola hubungan atasan bawahan yang cenderung formal menjadi lebih kolegial  seperti sebuah tim sepakbola yang memiliki tujuan yang sama yakni memenangkan pertandingan.  Kemudian untuk mengetahui bahwa seseorang memiliki potensi sebagai seorang  servant leader bagaimana? Para pemikir kepemimpinan telah sepakat bahwa seorang servant leader adalah orang yang memiliki paling tidak sebagian besar dari karakteristik kepemimpinan seperti di bawah ini. Pertama adalah listening, yaitu kebiasaan mendengarkan ide, pendapat, dan gagasan dari orang lain secara efektif. Kemampuan mendengarkan ini sangat penting karena akan mendapat berbagai maca masukan dari sudut pandang yang berbeda, sehingga keputusan yang akan diambil akan lebih berkualitas. Kedua adalah empathy, yaitu kebiasaan untuk memahami apa yang dirasakan dan sudut pandang  orang lain. Orang dengan empati yang tinggi akan senantiasa menempatkan dirinya dalam perasan dan perspektif dari orang atau bawahannya ketika akan melakukan tindakan.  Ketiga adalah healing, yaitu  kebiasan untuk untuk menumbuhkan kesehatan mental, emosional, dan spiritual orang lain atau dengan kata lain memberikan pencerahan kepada setiap orang.dalam setiap kesempatan seorang servant leader akan senantiasa memberikan pandangan yang tulus, dorongan motivasi, dan mengingatkan mengenia nilai-nilai spiritualitas yang hendaknya menjadi pembimbing dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Sehingga kehadirannya akan memberikan kesejukan bagi lingkungan sekitarnya dan sekaligus menjadi sumber motivasi.  Keempat adalah awareness, yaitu memahami nilai-nilai, perasaaan, kekuatan, dan kelemahan bawahan ataupun orang lain atau dengan kata lain memiliki kepedulian yang tinggi.  Kelima adalah persuasi, yaitu membujuk orang lain untuk meakukan sesuatu yang dikehendaki terkati dengan pencapaian target pekerjaan sehingga orang tidak sadar bahwa dirinya melakukan tugas karena persuasi dari pimpinannya. Kemampuan ini butuh proses pembelajaran dan praktik yang panjang. Keenam adalah konseptualisasi, yaitu kemampuan untuk mengintegrasikan kondisi saat ini dengan peluang yang akan muncul di masa yang akan datang. Seorang servant leader mampu membaca situasi dan kondisi saat ini secar a jerni dan kemudian memproyeksikan kea rah masa depan sehingga akan tampak peluang yang akan mungkin bisa diraih. Ketujuh adalah foresight, yaitu kemampuan untuk mengetahui kebutuhan organisasi di masa yang akan datang. Karena memiliki kemampuan untuk membayakan kodisi di masa yang akan datang maka dia bisa menentukan kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai visinya tersebut. Kedelapan adalah stewardship, adalah jiwa melayani kepada setiap karyawan yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran perusahaan. Kesembilan adalah komintmen untuk mengembangkan karyawan. Kesepuluh adalah building community, yaitu membantu untuk membangun semangat untuk berkomunitas antar bawahan. Semangat berkomunitas adalah semangat untuk saling membantu dan menghargai karena ada rasa saling ketergantungan dan saling membutuhkan.
Karakteristik servant leadership yang telah dijelaskan di atas merupakan pola kepemimpinan partisipatif yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis pada era pembelajaran saat ini. Pimpinan perusahaan tidak bisa lagi mempertahankan tipe kepemimpina autocratic karena akan menghambat karyawan mengeloarkan potensi dan kemampuan meraka yang maksimal dan juga akan menurunkan tingkat kepuasan karyawan. Pola kepemimpinan laissez faire juga tidak bisa digunakan karena akan menjadikan organisasi menjadi anarchy.

Kemudian jika kita kembali kepada pertanyaan pola kepemimpinan seperti apa yang cocok dengan era learning revolution? Maka jawabannya adalah pola servant leadership, dimana pemimpin bertindak melayani bahwanya yang memiliki  kemampuan yang tinggi. secara mudah dapat digambarkan bahwa pada saat kondisi bawahan kita memiliki potensi dan kemampuan yang tinggi, maka peran pemimpin  adalah menjadi seperti derigent dalam sebuah orchestra yang mengelola para pemain untuk menghasilkan sajian music yang indah. Selain itu  ketika organisasi memilih pemimpin yang memiliki gaya servant leadership maka akan ada harapan batasan-batasan pencapaian bisnis yang telah dicapai saat ini bisa diperluas. Kondisi tersebut bisa dicapai jika pemimpin mampu meningkatkan kapasitas karyawan yang ada sehingga mampu menemukan peluang-peluang baru dan mengusahakannya sehingga perusahaan bisa menjadi lebih besar.  Ada tiga kata kunci untuk seorang servant leader ketika menghadapi era pembelajaraan. Pertama adalah otonomi, kesadaran untuk mengatur diri sendiri, kedua adalah mastery, keinginan untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Ketiga adalah  purpose, yaitu kesadaran bahwa keinginan kita untuk melayani adalah untuk meraih sesuaitu yang lebih besar dari bentuk pelayanan kita.  Bagaimana menurut anda?

No comments:

Post a Comment