Friday, May 23, 2014

Menumbuhkan Sikap Peduli di Lingkungan Kerja

Dalam sebuah pertemuan manajer-manajer SDM perusahaan perkebunan beberapa waktu yang lalu, penulis yang pada waktu  itu kebetulan menjadi moderator dalam Focused Group Discussion  (FGD), berkesempatan  membahas isu-isu terkini terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia. Ketika mulai sesi brainstorming setiap peserta diskusi dipersilakan memaparkan kondisi SDM saat ini dan tantangannya ke depan. Dari sekitar 10 peerta diskusi tnpa diduga muncul suatu keresahan bersama mengenai semakin lunturnya sikap peduli terhadap lingkungan kerja. Dan yang menarik lagi Isu tersebut muncul tidak hanya di perusahaan perkebunan yang ada di Jawa saja tetapi juga dirasakan oleh perusahaan-perusahan perkebunan di daerah Sumatera dan Kalimantan. Mereka menceritakan bahw sudah sekitar dua tahun terakhir ini ada kecenderungan karyawan terlihat mulai mengalami degradasi (basaha mereka adalah erosi) sikap peduli terhadap apa yang terjadi di tempat kerja. Misalnya saja ketika bekerja di dalam pabrik, karyawan yang mendapat tugas sebagai oeprator ataupun technician akan cenderung membiarkan saja kebocoran uap ataupun tetesan  air ataupun bahan produksi ketika proses produksi sedang berjalan, mereka baru akan memperhatikan jika mendapat teguran dari atasan ataupun orang lain yang memiliki pengaruh lebih tinggi, jika tidak maka kebocoran ataupun looses yang terjadi akan cenderung diabaikan. Ketika bekerja di lapangan, karena cenderung mengbaikan norma-norma yang menjadi acuan baku dalam menlakukan proses kerja. Di kantor fenomenanya lain lagi, karyawan cenderung tidak mau tahu terhadap pemborosan sumberdaya yang dipakai, misalnya menggunakan kertas baru untuk menyusun draft laporan, atau membiarkan AC dan lampu dalam ruangan tetap menyala walaupun tidak ada orang yang berada di ruangan tersebut sehingga menimbulkan pemborosan listrik.

Dalam diskusi tersebut muncul berbagai macam usulan dan pendapat untuk mengatasi persoalan menurunnya sikap peduli karyawan tersebut. Ada yang mengusulkan caanya dengan melatih disiplin mereka sampai dengan kontrol yang ketat terhadap aktivitas kerja mereka. Pelatihan disiplin dilakukan dengan melibatkan aparat TNI atau Kepolisian sebagai instrukturnya. Di dalam program disiplin tersebut nantinya akan diajarkan sikap dan perilaku sebagai seorang "prajurit" yang memiliki semangat untuk memenangkan "pertempuran" dengan cara mengoptimalkan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. 
Program kontrol ketat dilakukan dengan pengawasan yang ketat terhadap pelaksaaan tugas karyawan termasuk di dalamnya mengenai sikap peduli terhadap lingkungan kerja. Semua cara tersebut terlihat masuk akal untuk menumbuh kembali sikap peduli tersebut, tetapi sebelum kita masuk ke tataran aksi maka sebaiknya kita gali terlebih dahulu mengapa terjadi erosi sikap peduli tersebut. Secara umum perubahan sikap yang ditunjukkan oleh perilaku kerja karyawan dipengaruhi oleh norma sosial di tempat kerja dan sikap pribadi karyawan terhadap kepedulian itu sendiri. Sedangkan sikap karyawan terhadap obyek pekerjaan ditentukan oleh keyakinan yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Jadi ketika yang menjadi masalah adalah sikap peduli yang dtunjukkan oleh perilaku yang kurang peka terhadap looses dan inefisiensi di tempat kerja, maka sebenarnya hal tersebut dipengaruhi oleh norma sosial yang terbangun di lingkungan kerja dan sikap karyawan terhadap tindakan peduli itu sendiri. Jika norma lingkungan kerja menyatakan bahwa abai terhadap pemborosan ataupun inefisiensi itu dianggap tidak apa apa maka akan mempengaruhi niatan untuk bertindak peduli. Selain itu jika karyawan memiliki sikap bahwan tidak perlu kita peduli terhadap inefisinesi dan pemborosan maka hal tersebut juga mempengaruhi niatan untuk bertindak peduli. Jika perilaku karyawan dipengaruhi oleh norma sosial kerja yang ada dan sikap karyawan terhadap niatan untuk bertindak, maka pertanyaannya kemudian apa yang menyebabkan munculnya sikap peduli karyawan? Sikap peduli muncul dari keyakinan yang dimiliki oleh karyawan. Keyakinan karyawan bahwa kepedulian itu sesuai yang baik dan harus diwujudkan akan membentuk sikap dan pandangan karyawan terhadap kepedulian di tempat kerja. 
Dari paparan tersebut maka kita bisa kembali mereviu usulan dari para manajer SDM tersebut diatas mengenai cara menguatkan kembali sikap peduli. Pelatihan disiplin atau kontrol yang ketat dapat dikatakan hanya menembak salah satu aspek saja dalam pembentukan perilaku peduli karyawan. Pelatihan disiplin akan membentuk sikap karyawan terhadap niatan untuk bertindak peduli, sedangkan kontrol yang ketat akan membentuk norma sosial yang ada di lingkungan kerja sehingga memaksa karyawan untuk berperilaku peduli. Tetapi bagaimana dengan keyakinan terhadap pentingnya mengembangkan sikap peduli? Dua cara tersebut ternyata belum menyentuh aspek dasar dalam perilaku yaitu keyakinan (belief). Untuk menumbuhkan belief perlu adanya penjelasan yang mudah dipahami sesuai dengan tingkatan pemahaman mereka dan contoh yang dapat dilihat di keseharian mereka. Untuk memahamkan mengenai pentingnya kepedulian di lingkungan kerja maka pelatihan (training) yang content materinya adalah menyadaran mengenai pentingnya kepedulian dapat dilakukan. Tetapi bagaimana dengan contoh yang dapat dilihat setiap hari? Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan oleh perusahan kecuali mendidik karyawan mulai dari senior manajer kemudian baru dilanjutkan kepada layer dibawahnya. Setelah pelatihan, maka perlu dipastikan bawha perilaku peduli mereka kemudian muncul dan dapat disaksikan oleh bawahannya dan karyawan lain. Ketika proses tersebut dijalankan secara konsistem makausaha untuk membangun keyakinan akan pentingnya sikap peduli tersebut akan dapat ditumbuhkan. Untuk menjaga agar keyakinan tersebut tetap kuat maka pemahaman mengenai pentingnya sikap peduli harus selalu di ulang-ulang selain dicontohkan mulai dari elvel pimpinan. Setelah itu baru pelatihan disiplin dan kontrol yang ketat terhadap karyawan pisa dilakukan. Bagaimana pendapat Anda?

image url: http://thumbs.dreamstime.com/z/quality-efficiency-costs-cost-concept-drawn-humorous-35224765.jpg

No comments:

Post a Comment