Monday, May 19, 2014

When IT doesn't matter anymore




Sejak ditemukan microprocessor  oleh Ted Hoff tahun 1968, pola bisnis di dunia mengalaim transformasi, hal tersebut ditandai dengan munculnya desktop computers, local dan wide area networks, enterprise software, and the internet. Saat ini hampir tidak ada yang membantah bahwa teknologi informasi menjadi tulang punggung perdagangan dunia saat ini. Perusahaan melihat  bahwa teknologi informasi menjadi sumberdaya yang menentukan dalam mencapai kesuksesan
Pentingnya IT juga telah mengubah perilaku top manager. Chief executives saat ini rutin berbicara mengenai strategic value dari teknologi informasi, tentang  bagaiman mereka dapat menggunakan TI untuk memenangkan persaingan,  bagaimana mendigitalisasi model bisnis mereka. Sebagian besar ari mereka memiliki jadwal diskusi tetap denga ahli IT perusahaan, dan banyak juga yang mempekerjakan  perusahaan konsultan untuk memberikan fresh ide tentang bagaimana mendayagunakan invetasi TI mereka ntuk memperkuat daya beda dan keunggulan terhadap pesaing.
Tetapi pemahaman bahwa TI adalah salah satu pilar strategis dalam membangun daya beda dan keunggulan bersaing terbukti saat ini mulai kehilangan relevansinya. Keunggulan bersaing hanya dapat tercipta karena kita memiliki sumberdaya atau menggunakan sumberdaya yang terbatas. Atau perusahaan dipandang memiliki keunggulan kompetitif jika dapat melakukan sesuatu yang perusahaan lain tidak bisa melakukannya. Tetapi saat ini teknologi TI sudah menjadi komoditas dan harganya semakin cepat turun. Sehingga core function TI seperti data storage,  data processing dan data transport menjadi tersedia dengan mudah dan dapat digunakan oleh semua orang. Dalam kacamata strategik sumberdaya TI saat ini menjadi tidak lagi terlihat tingkat strategisnya.
Dalam sudut pandang praktek industri, jika suatu sumberdaya sangat menentukan bagi pemenangan suatu persaingan tetapi tidak bertalian dengan strategi, maka yang muncul adalah resiko di banding keunggulan. Perlombaan penggunan TI menjadi sangat membosankan bagi perusahaan karena TI sudah menjadi komoditas, dan harganya akan jatuh dengan cepat seiring dengan semaik cepat ditemukanya teknologi yang lebih baik,dan lebih efisien.
Pada level atas, manajemen biaya yang lebih kuat membutuhkan kekakuan dalam mengevaluasi expected returns dari investasi sistem yang telah dilakukan, semakin kreatif dalam mengeksplorasi alternatif secara lebih sederhana dan murah dan membuka ruang untk melakukan outsourching dan kerjasama yang saling menguntungkan. Musuh utama dalam upaya mengubah kebijakan TI perusahaan adalah waste files dan sloppy. Dengan mengelola kedua hal tersebut aan banyak kapasitas Ti yang besa dihemat dan selanjutnya akan dapat dignakan untuk meningkatkan efektivitas operasi TI.
Banyak pucuk pimpinan perusahaan khawatir jika perusahaanya memotong biaya TI maka akan mempengaruhi pendapatannya. Hal tersebut dibantah oleh beberapa studi yang telah dilakukan yang menyatakan besarnya pengeluaran TI jarang yang berimbas kepada pencapaian hasil keuangan yang superior. Hal tersebut bisa dibaca dari lapora hasil penelitian Alinean. Kunci sukses masa depan  perusahaan bukan lagi ditentukan dengan sebesar apa belanja TI yangmereka lakukan tetapi bagaimana mengelola biaya investasi TI dan risiko yang ditimbulkannya secara sistematis dan teliti.

 Analisis

Penggunaan TI sebagai tulang punggung dalam berbisnis sudah merupakan suatu yang harus diadopsi bagi seluruh perusahaan yang menginginkan untuk tetap survive di era digital saat ini. Tetapi proses adopsi TI ini yang seringkali membuat perusahaan frustrasi, mereka telah merasa menginvestasikan biaya yang besar untuk TI tetapi hasilnya tidak kunjung mereka lihat dan rasakan.
Hal tersebut terjadi karena tidak adanya perencanaan strategis dalam enerapan TI pada proses bisnis perusahaan. Yang dimaksud dengan Perencanaan Strategis Sistem Informasi (PSSI) adalah sistem yang membantu perusahaan mendapatkan keunggulan kompetitip melalui kontribusinya pada tujuan strategis perusahaan dan/ atau kemampuannya untuk secara signipikan meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.         
Perencanaan Strategis Sistem Informasi diperlukan agar sebuah organisasi dapat mengenali target terbaik untuk melakukan pembelian dan penerapan sistem informasi manajemen dan menolong untuk memaksimalkan hasil dari investasi pada bidang teknologi informasi. Sebuah sistem informasi yang dibuat berdasarkan Perancangan Startegis Sistem Informasi yang baik, akan membantu sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnisnya dan merealisasikan pencapaian bisnisnya. Dalam dunia bisnis saat ini, penerapan dari teknologi informasi untuk menentukan strategi perusahaan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan performa bisnis.
Adopsi TI pada perusahaan saat ini sebagian besar masih pada dataran ikut-ikutan trend dan tidak berbasis pada kebutuhan perusahaan. Sehingga dalam pembeliannya pun dibeli teknologi yang sesungguhnya terlalu canggih untuk kebutuhan perusaahan walaupun sampai jangka waktu 5 tahun kedepan. Pengembangan TI hanya diserahkan kepada staff TI ataupun meminta bantuan perusahaa outsourching yang tidak memahami secra keseluruhan arsitektur TI perusahaan.

Jika perencanaan strategis TI ada pada perusahaan maka akan dengan mudah diimplementasikan penerapan TI berdasarkan prioritas kebutuhan organisasi.

No comments:

Post a Comment